Sabtu, 07 Februari 2009

Menjaga Amanah

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Hidup manusia dibangun di atas tiga komponen utama: jasad, akal dan ruhiyah.
Islam mengajarkan ummatnya untuk hidup secara seimbang, memenuhi setiap
kebutuhan diri secara pantas dan memadai.

Kenyataan yang ada, sebagian orang cenderung hanya memenuhi kebutuhan fisik.
Mereka makan makanan bergizi, makan vitamin, ikut fitness, senam, beladiri dan
lain-lain, tapi acuh dengan keadaan jiwa dan hatinya. Orang seperti ini sehat
fisik tapi lemah ruhiyah.


Tidak jarang orang memiliki badan bagus, namun justru hina akibat keindahan
fisiknya. Wanita bertubuh bagus tidak identik sebagai wanita yang mulia, malah
tidak sedikit wanita bertubuh bagus menjadi turun derajatnya karena dia gemar
memamerkan tubuhnya. Di sisi lain, ada juga orang yang gara-gara badannya bagus
menjadi stres karena takut jadi tidak bagus. Setiap hari waktunya habis untuk
memikirkan badannya. Ikut senam, diet, dan membeli bermacam-macam obat supaya
tubuhnya tetap bagus. Secara tidak langsung, orang seperti ini justru tersiksa
dengan keindahan tubuhnya.

Sebenarnya, jika kita mampu mengelola fisik dengan baik, kita akan menjadi
manusia yang kuat dan produktif. Islam sangat menganjurkan agar kita memiliki
fisik yang sehat. Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh
Allah daripada mukmin yang lemah.

Dalam catatan sejarah, sampai usia 63 tahun Nabi Muhammad SAW masih memiliki
tubuh yang kuat. Beliau memulai peperangan pada usia 53 tahun. Dan tentu saja,
perang zaman dulu bukan seperti perang zaman sekarang. Ketika itu Rasulullah
SAW memakai baju besi hingga 2 lapis dan mengarungi padang pasir sejauh ratusan
kilometer.

Selain fisik, Allah memberi kita karunia akal. Akal inilah yang membedakan kita
dengan makhluk Allah yang lain. Dengan akal, kita dapat memikirkan ayat-ayat
Allah di alam ini sehingga kita dapat mengelola serta mengolahnya menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Kendati demikian, potensi akal juga bukanlah potensi yang dapat menentukan
mulia atau tidaknya seorang manusia. Di Indonesia ini begitu banyak orang yang
pintar, tapi mengapa Indonesia masih juga terpuruk? Setiap tahun puluhan ribu
sarjana dikeluarkan oleh kampus-kampus ternama. Tapi mengapa korupsi masih juga
merajalela.

Rasanya kecil kemungkinan kalau korupsi itu dilakukan oleh orang yang bodoh.
Bagaimana tidak? Uang negara, uang rakyat yang dikuras jumlahnya bukan hanya
dalam bilangan jutaan atau miliaran, tapi juga triliunan rupiah. Kalau orang
bodoh rasanya dia tidak akan kuat berpikir jauh-jauh seperti itu. Artinya
pintar tidak identik dengan kemuliaan. Jika tidak hati-hati, mempunyai anak
pintar juga tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Ada yang anaknya pintar
sementara orang tuanya cuma lulusan SD atau SMP, malah jadi menghina orang
tuanya.

Dan potensi terakhir adalah ruhiyah atau juga hati. Hati inilah potensi yang
bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang
hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang yang tidak begitu
cerdas pun dapat menjadi mulia.

Andaikata hati kita bening tentu akan nikmat sekali menjalani hidup ini. Hati
yang bersih, maka pikiran kita pun akan cerdas. Bahkan fisik kita jadi tangguh,
tidak lemah dan mudah surut. Maka benar sabda Rasul SAW bahwa hati adalah poros
kehidupan setiap manusia. Baik atau buruknya kehidupan manusia tergantung hati
yang ada di balik dadanya.

Menjaga kebersihan lingkungan dari pencemaran adalah bagian dari menjaga amanah
Allah. Mulailah sekuat tenaga tahan dari membuang sampah sembarangan. Membuang
sampah sembarangan adalah termasuk perilaku egois dan tidak bertanggungjawab,
karena dirinya bersih tapi orang lain jadi terkotori. Akibat lainnya lingkungan
jadi kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap.

Makin hidup kita bersih, kita akan semakin peka. Coba lihat cermin yang bersih!
Satu titik noda menempel padanya akan cepat ketahuan. Tapi kalau cermin kotor,
penuh noda dan debu, digunakan untuk melihat wajah sendiri saja susah. Makin
bersih hati kita, akan lebih peka melihat aib dan kekurangan sendiri. Bahkan
kita akan lebih peka terhadap peluang amal dan juga ilmu. Sebaliknya, bagi yang
kotor hati, jangankan untuk melihat kekurangan orang lain, melihat kekurangan
diri saja tidak mampu.

Nabi Muhammad SAW adalah figur pribadi yang bersih tubuh, bersih pikiran,
bersih ucapan, dan bersih hati. Tutur kata beliau penuh makna, jauh dari
sia-sia. Tapi sikap dan penampilan beliau senantiasa baik dan bersahaja. Setiap
berwudhu beliau selalu bersiwak (menggosok gigi). Sesudah makan beliau juga
bersiwak dan menjelang tidur pun beliau bersiwak.

Dalam urusan-urusan kecil pun Rasulullah senantiasa memberikan keteladanan.
Beliau menganjurkan kita agar menggunting kuku serta membersihkan bulu-bulu
tubuh. Paling tidak hal itu dilakukan sekali setiap minggu, yaitu pada hari
Jumat.

Mari kita budayakan kebersihan dalam rumah kita.Meskipun mungkin rumah kita
sederhana, namun yang penting bersih. Jangan biasakan sampah kita berserakan,
sebab boleh jadi Allah akan mendatangkan lalat sebagai peringatan bahwa rumah
kita kotor. Atau nanti Allah menggerakkan tikus-tikus untuk mengerubungi rumah
kita?

Pastikan rumah kita juga harus bersih dari barang-barang haram. Jangan pernah
ada hak orang lain yang ada pada diri kita yang terambil secara yang tidak
halal. Hindari perilaku mark up, suap-menyuap, korupsi, mengambil kembalian
tanpa permisi, melalaikan utang dan perilaku-perilaku curang lain.
Berhati-hatilah saudaraku. Pastikan tidak ada harta haram pada diri kita.
Dengan demikian insya Allah, kita akan sangat bahagia, hidup terhormat dan akan
dicukupi rezekinya oleh Allah SWT. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar