Wahai anak-anak sekalian, bila anda ingin bahagia, maka lawanlah dirimu (nafsumu) dalam rangka berselaras dengan Tuhanmu Azza wa-Jalla, taat kepadaNya, sekaligus dalam rangka kontra terhadap maksiat padaNya.
Hijabmu adalah karena anda tidak mengenal makhluk. Sedangkan makhluk itu adalah hijabmu untuk tidak mengenal Khaliq Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu bersama dirimu, anda tak mengenal makhluk. Sepanjang dirimu bersama makhluk, anda tidak mengenal Tuhanmu Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu dengan dunia, anda kehilangan akhirat. Sepanjang dirimu bersama akhirat anda tidak mengenal Tuhannya akhirat. Raja dan yang dirajai (budak) tidak bisa bergabung, sebagaimana dunia dan akhirat tidak pernah berpadu. Begitu pula makhluk dan Khaliq tidak bisa dicampur.
Nafsu selalu memerintahkan pada keburukan, karena memang demikian watak naluriyahnya. Sampai kapan anda diperintah oleh Qalbu dalam segala hal, dan anda tidak butuh lagi nafsu. Maka perangilah nafsumu.
“Allah mengilhamkan pada nafsu akan pengingkaran dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 8)
Maka bersihkan nafsu itu dengan perjuangan jiwa. Karena jika nafsu sudah bersih dan sirna, ia akan menentramkan diri pada qalbu, lalu ketentraman qalbu menyandar pada rahasia jiwa (sirr), dan Sirr menuju Al-Haq Allah Azza wa-Jalla, taat padaNya. Jika hal ini tidak berhasil jangan berharap anda akan terbebas dari kotoran dan keburukannya.
Bagaimana bisa dekat, dengan Sang Maha Diraja, tanpa adanya kesucian dari berbagai najis. Karena itu pendekkan imajinasi nafsu itu, maka ia bisa patuh kepadamu. Nasehati melalui nasehat Rasulullah saw.
“Bila pagi hari, jangan bicara pada nafsumu tentang sore hari. Jika sore hari jangan bicara pada nafsumu tentang pagi hari. Karena anda tidak tahu bagaimana nasib namamu besok pagi.” (Ditakhrij oleh Az-Zubaydy dalam Ithafus Saadatil Muttaqin)
Anda merasa kasihan pada nafsumu dibanding yang lain, pada saat yang sama anda telah menelantarkannya. Bagaimana yang lain kasihan padanya dan melindunginya? Kekuatan naluriyah dan ambisi yang membebanimu, membuatmu berat untuk meninggalkan nafsumu. Karena itu berjuanglah memeranginya dengan memperpendek imajinasinya dan meminimalisir ambisinya, mengingat maut, fokus pada Allah Azza wa-Jalla, berobat melalui jiwa para Shiddiqun dan kalamnya, disamping dzikir yang benar-benar jernih dari kotoran, siang dan malam.
Katakan pada nafsumu, “Bagimu keuntungan yang kamu kerjakan, dan resiko atas tindakanmu. Tak satu pun yang menyertai keuntunganmu, juga tidak memberikan sesuatu padamu, karena itu haruslah beramal dan mujahadah. Kawanmu adalah yang mencegahmu, dan musuhmu adalah yang menyesatkanmu. Karena saya melihat dirimu bersyukur pada selain Allah Azza wa-Jalla atas nikmat-nikmatNya. Engkau memberikan haknya nafsu dan makhluk, tapi engkau menggugurkan Haknya Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda tahu bahwa ni’mat-ni’mat itu dari Allah Azza wa-Jalla, lalu mana syukurmu? Bahkan anda pun tahu bahwa Allah Ta’ala menciptamu, lalu mana ibadah, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya serta sabar atas cobaanNya.”
Perangi nafsumu hingga engkau dapat hidayah.
Allah swt berfirman:
“Dan orang-orang yang berjuang melawan dirinya dalam rangka menempuh pada Diri Kami, niscaya akan Kami beri hidayah mereka, jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
“Apabila kamu memohon pertolongan Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan pijakan kalian.” (Muhammad: 7)
Karena itu anda jangan memberi toleransi pada nafsu, jangan patuh dan jangan taat, anda pasti menang dan bahagia. Jangan tersenyum pada wajahnya, jawablah dari seribu kalimatnya, jawaban yang bisa membersihkan dirinya dan menentramkan pada hati. Jika nafsu menuntut syahwat kesenangan dan kelezatan, dan apa jaminan dan akhirnya? Katakan pada nafsu, bahwa tempatmu nanti syurga. Sabarkan nafsumu atas kegagalan yang pahit, hingga Allah memberikan anugerahNya. Jika anda sabar dan bisa menyabarkannya, maka Allah azza wa-Jalla bakal menyertainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar