Ketahuilah bahwa sesungguhnya Riya’ itu ada yang jelas dan ada yang tersembunyi.
Riya’ yang jelas adalah riya’ yang menggerakkan pada amal perbuatan
dan yang mendorong kepadanya, walaupun ia bermaksud memperoleh pahal.
Itu adalah riya’ yang paling jelas.
Dan riya’ yang lebih sedikit tersembunyi dari padanya adalah riya
yang tidak mendorong pada amal perbuatan yang denganya ia berkehendak
kepada Allah Swt. Seperti orang yang membiasakan sholat tahajjud setiap
malam dan terasa berat padanya. Apabila ada tamu yang tinggal
padanya,maka ia tekun dan merasa ringan menjalankan sholat itu padanya.
Dan ia mengerti bahwa jikalau tidak karena ada harapan pahala, niscaya
ia tidak menjalankan sholat karena semata – mata riya’ kepada tamu.
Dan
yang lebih tersembunyi dari pada yang demikian adalah riya’ yang tidak
membekas pada amal perbuatan. Dan tidak memudahkan dan meringankan juga.
Akan tetapi bersamaan dengan demikian ada yang menetap dalah hati (
batin) manakala riya’ itu tidak membekas pada ajakan kepada amal
perbuatan, niscaya tidak mungkin dapat diketahui melainkan dengan tanda –
tanda. Dan tanda-tandanya yang paling jelas adalah ia merasa senang
dengan dilihat oleh manusia terhadap ketaatanya kepada Allah Swt.
Maka banyaklah hamba Allah Swt. Yang berbuat ikhlas pada amal – amal
perbuatanya dan ia tidak mengiktikadkan itu riya’. Bahkan ia benci
kepada riya’ dan menolaknya. Dan ia menyempurnakan amal perbuatanya
seperti yang demikian. Akan tetapi, apabila ia dilihat oleh manusia,
niscaya yang demikian itu menyenangkan hatinya dan mengembirakanya. Yang
demikian itu meringankan dari hatinya akan kesulitan beribadah.
Kesenangan ini adalah menunjukan pada riya’ yang tersembunyi.
Dari riya’ itu menetes rasa senang dan jikalau hatinya tidak
berpaling kepada manusia, niscaya kesenanganya itu tidak
tampak/kelihatan ketika dilihat manusia. Dan sungguh riya’ itu telah
menetap pada hatinya seperti menetapnya api dan batu. Maka dilihatnya
oleh manusia dapat melahirkan bekas rasa senang dan gembira dari
padanya. Kemudian apabila ia telah merasakan kelezatan senang dengan
dilihat oleh manusia dan ia tidak menghadapi yang demikian itu dengan
rasa tidak senang, maka yang demikian itu menjadi makanan pokok dan
makanan bagi urat riya’yang tersembunyi. Sehingga urat riya’ yang
tersembunyi itu menggerakkan pada tubuhnya dengan putusan yang
tersembunyi bahwa ia membebani pada dirinya suatu sebab yang kelihatan
pada dirinya dengan sindiran dan menyampaikan kata- kata sindiran
sekalipun itu tidak mengajak kepada terus terang.
Kadang – kadang tersembunyi, kemudian mengajak kepada melahirkan
dengan mengucapkan kata – kata, secara sindiran dan terus terang. Akan
tetapi dengan sifat – sifat diri seperti melahirkan kekurusan badan,
warna kekuningan, rendahnya suara, keringnya dua bibir, kekeringan
keringat, bekas air mata dan beratnya menahan rasa mengantuk yang
menunjukan pada lamanya menjalankan shalat tahajjud. Dan lebih
tersembunyi dari pada yang demikian adalah apabila ia tersembunyi dimana
ia tidak menginginkan dilihat oleh manusia dan tidak merasa senang
dengan melahirkan ketaatanya kepada Allah Swt. Akan tetapi bersamaan
dengan demikian, apabila ia melihat manusia, niscaya lebih menyukai ia
memulainya dengan memberikan salam. Dan menghadapinya dengan muka
berseri dan penghormatan. Dan bahwa mereka memujinya dan meringankan
pada terlaksana kebutuhanya. Dan mereka bersikap baik kepadanya dalam
berjual beli melapangkan baginya tempat duduk. Maka apabila dilalaikan
pada suatu kelalaian maka beratlah yang demikian atas hatinya. Dan ia
menemukan karena yang demikian kejauhan hati pada dirinya. Seolah – olah
ia mencari kehormatan beserta ketaatan yang disembunyikanya dari
manusia, sedangkan ia tidak memperlihatkan kepada yang demikian. Dan
jikalau tidak di dahului oleh ketaatan itu dari padanya, niscaya tidak
merasa jauh hatinya akan kelalaian manusia pada haknya. Dan manakala
wujudnya ibadah itu tidak seperti tidak wujudnya pada setiap apa yang
berhubungan dengan makhluk, niscaya ia tidak merasa cukup dengan yang
disembunyi yang lebih tersembunyi dari pada merangkaknya semut. (hadist yang meriwayatkan tersebut diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dari Abu Musa Al Asyari) semua
itu hamper dapat menghapus pahala. Dan tidak dapat menyelamatkan diri
dari pada itu melainkan orang – orang yang berbuat kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar