Allah telah menyuruh orang orang beriman untuk selalu berdzikir, mendekatkan diri kepada-Nya dengan rasa cinta, keprasahan dan penuh kedamaian. Alloh berfirman :
ياأيها الذين أذكروا الله ذكرا كثيرا. وسبحوه بكرة وأصيلا.
“Hai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang “ (QS. AL Ahzab: 41-42)
Kemudian ditegaskan pula bahwa apapun yang dibisikkan oleh hati seseorang Allah mengetahuinya, dan Dia selalu lebih dekat kepada manusia dari pada urat nadinya sendiri.(QS. Qaaf: 16). Tentu saja, kedekatan ini bukan berarti dekatnya jarak, karena sama sekali Allah tidak dibatasi oleh suatu jarak.
Dzkir, meskipun tidak termasuk ibadah fardhu namun sangat dianjurkan dalam Islam. Disebabkan keutamaan yang terkandung didalam dzikir sangat banyak, terutama untuk meningkatkan kedekatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Apalagi dunia modern dewasa ini sudah menjadi terlalu rasional dan cenderung materialistis, sehinga manusia merasakan penat dan ingin kembali ke hal-hal religius untuk merengguk kesejukan agama melalui dzikir. Karena di dalamnya menjanjikan kedamaian akibat pengaruh psikologis yang dikandungnya. Firman Alloh :
ألآ بذكر الله تطمئن القلوب
Ingatlah dengan berdzikir kepada Alloh hati akan menjadi tenang. ( QS. Ar Ra’ad: 28)
Pendek kata, masyarakat modern memang haus dengan perilaku kerohanian. Setelah kepuasan dunia terpenuhi, mereka membutuhkan kepuasan lain, yaitu kenikmatan rohani. Mereka butuh keseimbangan hidup. Karena kehidupan manusia di dunia tidak hanya untuk memberikan kesenangan material semata, tapi perlu keseimbangan dan keserasian, yakni dapat menyerasikan lahir dan bathin serta mencapai kebahagian dan keselamatan dunia akhiratnya.
Manusia akan menemukan tingkat kedeketan pada Allah, selagi ia terus menerus dalam dzikir, dan terus menerus menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa melupakan Tuhan. Karena dzikir dapat menjadi penghubung antara hamba dan Tuhan, dan merupakan kunci pembuka tabir yang menutupi hubungan hamba dengan Tuhan. Tabir yang disebabkan kekotoran hati manusia dapat disucikan dengan alat pensuci dzikrullah, sehingga terbukalah hijab, dan hati menjadi dekat dengan Allah.
Rasullah SAW. Bersabda :
لكل شيء صقالة وصقالةالقلب ذكرالله
“Bahwasanya bagi tiap-tiap sesuatu itu ada alat untuk mensucikannya dan alat mensucikan hati itu ialah dzikrullah.”
Dalam hadis lain disebutkan :
لا تكثروا الكلام بغيرذ كر الله فان كثرة الكلام بغير ذكر الله تورث قسوة القلب واناابعد الناس من الله القلب القاسى
‘Janganlah kamu memperbanyak pembicaraan tanpa ingat kepada AllahST. Sesungguhnya banyak pembicaraan tanpa mengingat Allah akan menimbulkan kekerasan hati, dan sesunguhnya sejauh-jauhnya manusia dari Allah adalah hati yang kesat.”
Dzikir merupakan tiang yang kuat untuk menuju Allah, juga sebagai langkah utama menuju jalan cinta kepada Allah. Sebab orang tak dapat mencapai rasa cinta, tanpa mengingat-Nya terus menerus. Orang yang beriman dan cinta kepeda Allah hatinya selalu dihiasi dengan dzikrullah. Karena dzikir telah dijadikan santapan bagi jiwa mereka. Hidup tanpa terus mengingat Allah akan mengakibatkan robohnya bangunan spiritual yang menjadi penyanggah utama stabilitas mental seseorang.
Jadi sebenarnya, manusia itu bisa mencapai mahabbah Ilahiyah dengan menempuh jalan dzikrullah. Allah sendiri telah memberi petunjuk dan menerangkan cara cara berdzikir kepadaNya, dan dianjurkan Nya supaya orang orang mukmin memperbanyak zikir. Dalam kitab Salalimul Fudlola’ disebutkan, salah satu waktu yang tepat untuk berdzikir adalah setelah selesei melaksanakan sholat Shubuh. Waktu tersebut hendaknya diisi dengan pembacaan dzikir, tasbih, doa dan ayat-ayat al Qur’an hingga matahari terbit. Imam Ghozali menyatakan banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang keutamaan waktu ini diantaranya :
فسبح بحمد ربك قبل طلوع الشمس وقبل غروبها
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam.
واذكر اسم ربك بكرة وأصيلا
Dan sebutlah nama Tuhanmu di waktu pagi dan sore.
Rosululloh bersabda :
من صلى الفجر فى جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة
Barang siapa yang sholat Shubuh dengan berjama’ah lalu duduk dengan berdzikir kepada Alloh sampai matahari terbit kemudian ia sholat dua Roka’at, maka ia akan memperoleh pahala sebagaimana pahalanya Haji dah Umaroh.
Dari itulah, maka bila ada hamba Allah yang mulazamah(terus menerus)menjalankan dzikir, janganlah sekali kali meremahkan. Sebab bagaimanapun orang yang demikian itu sudah tergolong orang orang yang memperoleh inayah berupa Nur Ilahi didalam dirinya. Betapa tidak? Tatkala hati seseorang tergetar dan lidahnya bergerak karena dzikir berarti Allah telah menganugerahi cahaya iman kepadanya dan menambah kokoh keyakinannya. Maka perbanyaklah dzikrullah dan ber-muraqabatu Hudhurihi (mengintai ngintai kehadiranNya). Umpamanya dengan selalu menjalankan wirid, yaitu segala kegiatan ibadah yang secara teratur dan tekun dilakkan karena Allah, seperti solat solat sunnah, puasa, zikir,do’a dan sebagainya. Sebaiknya jangan sampai diri seorang melupakan dzikir, meskipun disaat zikir belum tentu hatinya ingat kepada Allah. Tetapi itu masih jauh lebih baik dairi pada meninggalkan sama sekali. Sebab kelalaian hati terhadap Allah ketika tidak berzikir. Karena pada saat jiwa seseorang tidak mengingat Tuhannya, maka setan leluasa membisiknya agar melakukan larangan larangan Nya. Sebaliknya, orang yang ingat kepada Allah dengan sebenar benarnya, pasti ia tak akan terjerumus dalam maksiat dan dosa. Sebab, waktu ia mengucapkan nama Allah akan terbukalah hatinya dan bertambalah imannya, sehingga hati pun tertuju pada hal hal yang hak. Itulah sebabnya dalam ilmu tasauf dikatakan, bahwa kalau diringkas, sebenarnya jalan kepada Allah dalam metode suluk itu hanya melalui dua usaha. Pertama, mulazamah, yaitu terus menerus dalam dzikrullah. Kedua, mukhalafa, yaitu terus menerus menghindarkan diri dariu segala sesuatu yang dapat melupakan Allah, dimana jika hati dilalaikan oleh gangguan setan ataupun dorongan nafsu hendaklah dilaan dengan dzikrullah.
Tersebut dalam hadist :
عن عا ئشة رضي الله عنها انها قالت : من احب الله تعالى اكثر ذكره وثمرته ان يذكره الله برحمته غفرانه ويدْخله الجنة مع أنبيائه وأوليائه.
“Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhna dia berkata: “Barang siapa cinta kepada Allah SWT. Niscaya ia banyak zikir kepadaNya. Dan buahnya adalah Allah akan selalu mengingatnya dengan rahmat dan ampunanNya, serta akan memasukkannya kedalam surga bersama para Nabi dan orang orang yang dicintaiNya “
Lebih lebih bila seseorang mengamalkan zikir dengan bimbingan seorang Syeikh Tharikat, tentu zikirnya akan lebih besar faidahnya dan pikirannya dapat terkonsentrasi, serta perhatian jiwanya menjadi efektif. Apabila Syeikh pembimbing rohani itu seorang sufi yang sudah mencapai tahap Fana’, yakni sudah menduduki tingkat hudhurul qalbi (hadirnya hati bersama Allah) maka pengaruh bimbingannya akan cepat efektif, terutama bagi murid yang mempunyai bakat, bahkan ia bisa memberi kemampuan pada muridnya untuk mengalami keajaiban spiritual yang sama. Syeikh Mursyid penuntun rohani setingkat ini, dia mesti mempunyai kemampuan Kasyfil qulub, misalnya mampu membaca pikiran muridnya, dan kasyil qubur, misalnya bisa melihat kondisi orang mati dalam kubur serta mengetahui kondisi masa lalu dan masa yang akan datang dari dunia ini. Di mana untuk bisa memahami masalah Kasyf ini, banyak kisah-kisah menarik dari pergaulan-pergaulan sufi dan mursyid-nya. Misalnya kisah kesufian seorang syeikh yang suatu kali mempunyai seorang murid yang ia sayangi lebih dari yang lain menurut pertimbangan kasyfil qulub-nya, tetapi malah membangkitkan rasa iri diantara mereka. Maka pada suatu hari sang Syeikh memberi masing-masing muridnya seekor unggas dan memerintahkan mereka untuk pergi dan membunuhnya di suatu tempat yang tak ada seorang pun bisa melihat. Sesuai perintah itu setiap muridnya membunuh unggasnya di tempat yang tersembunyi dan membawanya kembali, kecuali murid Syaikh yang disayanginya itu. Ia membawa kembali unggas itu dalam keadaan hidup, seraya berkata, “Saya tak bisa menemukan tempat seperti itu, karena Allah selalu melihatku diman-mana.” Sang Syaikh pun berkata kepada murid-muridnya yang lain: “Sekarang kamu tahu tingkatan anak muda ini. Ia telah mencapai tingkat selalu mengingat Allah.” Wallahu A’lam Bish Shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar