Minggu, 11 Januari 2009

Shalat Pagi-pagi

Imam Nawawi dan kebanyakan ulama fiqih Syafi'i mengatakan kalau waktu shalat duha itu sekiranya matahari sudah terbit dan meninggi kira-kira setinggi tombak (18 derajat).

Lebih pagi lagi, Imam Ghozali dalam Kitab Ihya Ulumuddin bahkan membolehkan separuh dari 18 derajat itu. Lebih pagi lagi, ada yang mengerjakan shalat itu pas matahari nongol namanya shalat Isyroq seperti kebiasaan Nabi Dawud. Tentang shalat Isyroq ini bahkan menjadi amalan khusus seperti disebut dalam Kitab Sirrur Asror karangan Syekh Abdul Qodir Al Jailany.


Masalah Keutamaan


Shalat duha merupakan rangkaian shalat sunnah yang sangat dianjurkan. Ada banyak keutamaan shalat duha ini diantaranya:


Pertama, Shalat duha layaknya memberi kekuatan sendi manusia yang berjumlah 360 sambungan. Sabda Rasulullah SAW, sholat dhuha adalah makanan sendi - sendi manusia tersebut.


"Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya." Lalu, para sahabat bertanya:" Ya Rasulullah SAW, siapa yang sanggup melakukannya? " Rasulullah SAW menjelaskan: "Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu ( yang dapat mencelakakan orang ) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka sholat dhuha dua raka'at, dapat menggantikannya" ( H.R. Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud )


Kedua, Sholat dhuha merupakan upaya mengharap rahmat dan nikmat Allah sepanjang hari yang akan dilalui, entah itu nikmat fisik maupun materi. Rasulullah SAW bersabda, " Allah berfirman, "Wahai anak Adam, jangan sekali kali engkau malas melakukan sholat empat raka'at pada pagi hari, yaitu sholat dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya." ( H.R. al-Hakim dan at-Tabrani).


Ketuga, Sholat dhuha sebagai pelindung kita untuk menangkal siksa api neraka di Hari Pembalasan (Kiamat) nanti. Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melakukan sholat fajar, kemudian ia tetap duduk ditempat shalatnya sambil berdzikir hingga matahari terbit dan kemudian ia melaksanakan sholat dhuha sebanyak dua raka'at, niscaya Allah SWT, akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau membakar tubuhnya" (H.R.al-Baihaqi)


Keempat, Bagi orang yang merutinkan shalat dhuha, niscaya Allah mengganjarnya dengan balasan surga. Rasulullah SAW bersabda, "Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab ad-dhuha ( pintu dhuha ) dan pada hari kiamat nanti ada orang yang memanggil," Dimana orang yang senantiasa mengerjakan sholat dhuha ? Ini pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang Allah." ( H.R. at-Tabrani).


Kelima, sebagai umat Rasul, orang yang shalat duha adalah mereka yang mengikuti anjuran beliau saw. Sebagaimana hadits berikut:
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan: " Kekasihku, Rasulullah SAW berwasiat kepadaku mengenai tiga hal :

a) agar aku berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan,

b) melakukan sholat dhuha dua raka'at dan

c) melakukan sholat witir sebelum tidur." ( H.R. Bukhari & Muslim ).



Masalah Waktunya

Dalam kitab salaf (orang menyebutnya kitab kuning, tapi Mbah Maemoun Zubeir tidak setuju kitab kuning sebab katanya, nuansanya kepada politisasi) misalnya kitab maroqil 'ubudiyah, karya Syekh Muhammad Nawawi Al Bantany, menyebutkan bahwa shalat duha dikerjakan saat matahari naik setinggi kira-kira 18 derajat (sepenggalah). Tentu saja setiap negara berbeda-beda waktunya. Namun untuk Indonesia umumnya dikerjakan antara jam 7-11.

Masalah dilarang di bawah jam 9 pagi kami belum menemukan larangannya. Yang kami temukan justru sebeliknya bahwa boleh dikerjakan dibawah jam 9 pagi. Hal ini msalnya disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin boleh dikerjakan setengah dari 18 derajat saat matahari terbit.

Larangan shalat itu memang ada dua: setelah shalat ashar dan setelah shalat subuh. Kedua waktu ini disebut waktu karohah. Adapun batas waktu shalat subuh adalah terbitnya matahari. Karenanya, dari penjelasan dari Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghozali,untuk waktu shalat duha itu :


ÝÇÐÇ ØáÚÊ ÇáÔãÓ æÇÑÊÝÚÊ ÞÏÑ ÑãÍ ÝÕá ÑßÚÊíä æÐáß ÚäÏ ÒæÇá æÞÊ ÇáßÑÇåÉ ááÕáÇÉ ÝÅäåÇ ãßÑåÉ ãä ÈÚÏ ÝÑíÖÉ ÇáÕÈÍ Çáì ÇÑÊÝÇÚ ÇáÔãÓ ÝÅÐÇ ÃÖÍì ÇáäåÇÑ æãÖì ãäå ÞÑíÈ ãä ÑÈÚå ÝÕá ÇáÕáÇÉ ÇáÖÍì ÃÑÈÚÇ ÃæÓÊÇ Çæ ËãÇäíÇ ãËäì ãËäì.



Terjemah Bebasnya:

Jika matahari sudah terbit dan meninggi sekitar sepenggalah (kurang lebih 18 derajat ketinggian matahari di ufuk timur) maka hendaknya shalat dua rokaat. Karena waktu tersebut bersamaan hilangnya waktu karohah (makruh mengerjakan shalat). Waktu karohah yang dimaksud di sini adalah rentang waktu yang memisahkan antara selesai shalat subuh dengan terbitnya matahari. Maka pada saat memasuki seperempat pertama awal hari (mungkin makusud Imam Ghozali pagi hari antara jam 6 - jam 9) maka lakukanlah shalat duha empat rokaat atau enam atau delapan dengan rokaat dikerjakan dua rokaat dua rokaat. (bidayatul hidayah)

Dari penjelasan Imam Ghazali tersebut justru mengerjakan shalat duha bagus dikerjakan pada bagian pertama pada seperempat hari. Maksdunya jika satu hari di pecah menjadi empat bagian, maka pada bagian pertama adalah pagi hari antara jam 6-9 adalah seperempat hari itu. Namun lebih aman dan tidak menjadi kontroversi lakukanlah antara antara jam 7.00-9.00 wib seperti yang Ibu/Mbak May lakukan selama ini. (wallahu a'lam bissowab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar