Minggu, 11 Januari 2009

kunci ibadah

jika dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala hati kita terasa berat atau tidak bisa khusu’, maka itu pertanda hati kita sedang dipenuhi oleh kotoran dosa. Untuk merubahnya agar pada saat beribadah itu hati kita terasa ringan dan khusu’, kuncinya adalah kita perlu segera bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sebab bila tidak segera ditaubati, kotoran dosa yang memenuhi hati itu menjadi kian bertambah banyak sehingga hati menjadi makin gelap. Seperti halnya bola lampu, yang awalnya bersih dan bersinar namun pada akhirnya berubah menjadi kotor dan gelap karena sedikit demi sedikit terkena kotoran dan sama sekali tidak pernah ada upaya dibersihkan. Kalau seseorang hatinya sudah menjadi gelap, maka dia tidak bisa membedakan antara perkara yang benar dan yang salah.
Kadangkala seseorang merasakan ibadahnya tidak bisa khusu’, doa-doanya terasa sulit tercapai meski ia telah melakukan tirakat dengan berpuasa. Hal ini menunjukkan bahwa orang ini masih mempunyai dosa yang musti harus segera ditaubati, karena memang kuncinya ibadah adalah bertaubat. Sama seperti orang yang mau masuk rumah tapi dia tidak bisa membukakan pintunya, maka tentu dia tidak dapat masuk ke dalamnya. Agar bisa masuk ke dalam rumah, dia terlebih dahulu harus bisa membuka pintu rumah itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. An Nur: 31) Nabi Muhammad shollallahu alai wasallam bersabda: “Wahai manusia bertaubatlah kamu semua kepada Tuhanmu, sesungguhnya aku bertaubat kepadanya seratus kali dalam sehari.” (HR. Ahmad)
Usaha taubat itu harus selalu dijaga jangan sampai rusak. Jika suatu ketika kita mendapat cobaan, misalnya dalam sebuah pertemuan kita teledor melakukan kemaksiatan seperti menggunjing orang lain (ghibah) atau bercampur dengan lawan jenis (ikhtilat), maka pada saat paripurnanya pertemuan tersebut kita harus menyusulinya dengan perbuatan taubat.
Untuk mengetahui perilaku taubat yang sebenar-benarnya, ada beberapa sikap yang harus dilakukan, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeh Zainuddin bin Ali Al Malibari, Syarat taubat yang pertama adalah harus merasa menyesal atas perbuatan masa lampau yang melanggar aturan agama. Kedua, membebaskan dan melepaskan diri dari perilaku kemaksiatan yang pernah dilakukan. Ketiga, Berhasrat dengan dibarengi niat yang kuat tidak akan mengulangi kesalahan, kedurhakaan dan kemaksiatan di masa yang akan datang. Dan yang keempat, membebaskan dan membersihkan diri dari hak adami. Keempat syarat ini harus senantisa dijaga dan disempurnakan dengan upaya yang sungguh-sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar