Kamis, 15 Januari 2009

Memanjangkan Umur Orang Tua

Oleh: KH. Aris Ni'matullah

Umur panjang merupakan karunia Allah swt kepada hambaNya. Umur panjang yang dimaksud bukan dalam pengertian sepanjang penanggalan tetapi yang dimaksud umur panjang adalah bagaimana orang tersebut meskipun sudah meninggal tetapi dikenang dan tetap bersambung antara keluarga yang meninggal dengan yang ditinggalkannya. Peran anak sholeh yang bagaimanakah yang bisa memanjangkan umur orang tua ini
, berikut adalah uraian dari KH. Aris Ni'matullah yang dihimpun Redaksi.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: Diriwayatkan daripada Anas bin Malik ra katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah saw besabda: "Barangsiapa yang menginginkan rezekinya dimudahkan dan usianya dipanjangkan maka hendaklah ia menyambung silaturahmi. (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud Ahmad bin Hambal)

Kita wajib bersyukur kepada Allah swt karena mengirimkan perasaan kasih sayang yang dalam terhadap anak-anak di setiap dada para orang tuanya. Demikian pula anak yang sholeh di dadanya ditanamkan Allah perasaan untuk selalu ingin berbuat terbaik bagi kedua orang tuanya baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal.

Bermula dari keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak ini melahirkan kebaikan sosial masyarakat. Allah dan Rasul-Nya memuji keharmo­nisan hubungan ini, sehingga seolah-olah surga terletak di bawah telapak kaki para ibu. Bagaimana upaya memanjang­kan umur orang tua agar terus-menerus terjalin hubungan harmonis, meskipun orang tua sudah tiada. Adakah cara yang efektif untuk tetap bersilaturahmi kepada mereka?

Dalam kitab Bujairimi, dan banyak kitab lain mengupasnya misalnya kitab Irsyadul Ibad diceritakan bagaimana mimpi seorang ulama yang mampu melihat orang-orang yang meninggal di alam barzah beserta suka-dukanya. Dalam mimpi itu orang alim ini bertemu dengan para arwah yang telah mendahuluinya ada yang dikenal ada yang tidak. Suatu ketika dalam mimpi itu bertemu dengan orang-orang yang tengah berebut makanan yang datang kepada mereka secara rutin.

Rupaya mereka sering sekali mendapat kiriman namun tidak ditujukan pada seseorang. Rupaanya orang alim ini memahami bahwa kiriman itu diketahui berasal dari orang-orang yang masih hidup yang membacakan do'a untuk muslimin dan muslimat, atau membacakan ayat-ayat al Quran dan lain-lain. Pada salah satu tempat, ada seorang laki-laki yang tenang-tenang saja tidak ikut berebutan makanan padahal yang lain saling mendahului untuk mendapatkannya.

Untuk menghilangkan rasa penasaran, masih dalam mimpi itu, orang alim ini mendatanginya dan bertanya: "Mengapa bapak tidak ikut berebut makanan dengan yang lainnya, apa ada kesulitan untuk ikut serta mereka?".

Lalu si Bapak ini menjawab: "Saya tidak perlu ikut berebut makanan dengan mereka sebab anakku sudah terbiasa mengirim pahala membaca Al Qur'an secara rutin Aku merasa bahagia dan merasa cukup dengan doa-doa dan bacaan Al Quran yang dibacakan oleh anakku.", "Memangnya bapak ini siapa namanya, dan siapa nama anak bapak itu dan dimana alamatnya, jika diizinkan saya akan mengunjunginya."

"Dengan bangga Bapak itu memberi tahu alamat dan nama anaknya." Benar saja, ketika sadar dari mimpinya, orang alim ini buru-buru mencari alamat anak tersebut dan anehnya, persis tepat apa yang ada dalam mimpi tersebut.

Ketika dikonfirmasi betapa kagetnya, sebab nama orang yang ditemui di dalam mimpi dan ciri-cirinya persis seperti yang diceritakan anak itu. Lalu ketika ditanyakan benarkah suka membaca do'a dan Al Qur'an ditujukan kepada orang tuanya, sia anak dengan penuh bangga membenarkannya.

Kebenaran Sebuah Mimpi
Dalam kitab Raudhatun Nadziroh Tatlubul Akhiroh, pada hadits no. 688 dan 689 disebutkan bahwa menurut Rasulullah saw mimpi bagi orang alim (sholeh) merupakan 1/46 sifat nubuwah dan dipastikan berasal dari Allah swt. Artinya merupakan sebuah keistimewaan yang diberikan Allah kepada orang alim mirip wahyu/mu'jizat yang diturunkan Allah kepada nabi dan Rasul-Nya.


عَنْ أَنَسٍ رَضِى الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلرُّؤْيَا الْحَسَنَةَ مِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا. (رواه البخاري

Artinya: "Dari Anas ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Mimpi baik dari seorang laki-laki yang sholeh merupakan 1/46 bagian."


عَنْ ابي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ اِلاَّ الْمُبَشِّرَاتِ قَالُوْا وَمَا الْمُبَشِّرَاتِ؟ قَالَ: اَلرُّؤْيَا الصَّالِحَةِ. (رواه البخاري

Artinya: dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Belum cukup memiliki sifat nubuwah kecuali telah memiliki mubasyirot. Para sahabat bertanya apakah mubasyirot itu? Rasul menjawab: "Mimpi yang baik" (HR. Bukhory)

Dalam kitab Shoheh Bukhory hadits no. 6469 Rasulullah saw bersabda bahwa mimpi yang baik adalah berasal dari Allah dan mimpi jelek berasal dari syetan.

Hakekat Panjang Umur
Dari peristiwa yang terdapat dalam kitab Bujairimi dan kitab Irsyadul Ibad juga dibernarkan oleh Rasulullah saw dalam hadits-haditsnya, ternyata bersilaturahmi kepada orang tua yang sudah meninggal sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan mereka.

Inilah makna hakekat dari dipanjangkan umurnya. Menurut kitab ini, panjang umur adalah memiliki anak yang sholeh. Seperti dalam hadits tentang warisan anak soleh akan selalu mendoakan dan mengirimkan hadiah untuk orang tuanya. Bagaimana dengan Anda sudahkah selalu bersilaturahmi dengan orang tua yang masih hidup dan yang sudah wafat? Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar